Jumat, 22 April 2011

cerpen 'cewek matre'

Cewek Matre

                Namaku Ardi, aku tinggal di kompleks perumahan yang dekat dengan keramaian kota. Aku masih duduk di  bangku kelas XI, di salah satu sekolah ternama di kotaku. Seharusnya sih, aku kelas XII, tapi karena  aku sering ikut ayah ke luar negeri dan sering tidak masuk sekolah, maka aku harus tinggal kelas. Di sekolah aku memang tidak begitu terkenal, karena selain wajahku yang pas-pasan, aku pun tidak begitu pintar.
            Pernah suatu hari, saat jam ulangan Matematika, aku hanya memandang ke arah luar jendela yang persis di sebelah kiriku tanpa memandang sedikit pun soal yang diberikan oleh Pak Guru. Terlihat gerombolan cewek yang sedang bermain basket di lapangan, yang letaknya tidak jauh dari kelasku. Sepintas, aku melihat salah seorang dari mereka yang tak lain adalah Juminten. Meskipun namanya nggak begitu nge-trend alias kampungan, tetapi body-nya nggak kalah sama Julia Perez. Dia adalah cewek paling cantik yang terkenal di sekolahku, sehingga tidak sedikit cowok yang ingin menjadi pacarnya (termasuk aku).
            Bel pulang sekolah pun berbunyi, segera aku kumpulkan soal dan lembar kerjaku yang nyaris tak ada goresan bolpoint sedikit pun kecuali identitas namaku yang tertera di pojok kanan atas. Aku memang pemalas dan benci dengan pelajaran Matematika, sehingga aku  tidak dapat mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh Guru.
            Tak lama kemudian, aku  segera keluar kelas dan menuju ke tempat parkir. Tetapi hari yang begitu panas tak disangka berubah menjadi guyuran air hujan yang sangat deras. Tiba-tiba ada suara cewek di belakangku yang tak lain adalah Juminten (karena aku begitu hafal dengan suaranya).
“Ardi, tunggu !”
Aku yang mendengarnya segera menghentikan langkahku, namun aku tidak langsung menoleh ke arahnya  karena aku nggak mau ke Ge-eR an, sapa tau aja dia bukan memanggilku melainkan orang lain. Suara itu pun semakin jelas dan ternyata benar, dia adalah Juminten yang telah berdiri di sampingku.
“Hei Ar, mau ke parkiran ya?”
Aku diam sejenak (sambil memandang wajah dan body-nya yang sexy).
“Hellow..?”,dia menyapa lagi (dengan menggerakkan tangannya di wajahku).
Aku sadar, kubuang semua pikiran jorokku, akan tetapi aku malah semakin gugup dan keluarlah keringat dinginku. Dengan susah aku pun membalas,
“He..he..hellow juga”, kataku.
“Hei, santai aja kale, nggak usah gugup, kayak ngeliat setan aja”, ujarnya.
Dan aku pun membalasnya,
“Hei...by the way, kok loe tau nama gue?”
“Jiaah....masak cowok seganteng loe, gue nggak tau sih?”, ujarnya lagi. “Loe Ardi kan, anak XI IPS2 ?”
(Dan aku semakin heran, karena dia tau tentang aku).
“Udahlah, nggak penting darimana gue tau loe!”
Tak lama kemudian hujan mulai reda. Segeralah aku mengajak Juminten menuju ke parkiran menghampiri Honda Jazz biruku yang terpampang begitu mengkilat. Aku menawarkan tumpangan kepada Juminten
“Jum, pulang bareng gue yuk?”
“Nggak ah, makasih. Gue tadi udah ada janji sama temen mau pulang bareng”.
“Ayolah, daripada kelamaan nunggu?”
“Duh, gimana ya........okelah”.
(dan kami  segera masuk ke mobil)
            Selama di perjalanan pulang, kami ngobrol ngalor-ngidul, sambil mataku sesekali melirik ke bagian yang menonjol dari body-nya yang sungguh menawan memanjakan mata. Entahlah, mimpi apa aku semalam. Tak lama kemudian setelah melewati beberapa traffic light, tibalah kami di rumah Juminten. Tanpa basa-basi Juminten turun dari mobilku, dan aku langsung tancap menuju ke rumah.
            Setelah beberapa minggu, akhirnya aku  jadian dengan Juminten. Otomatis aku jadi ikutan terkenal di sekolah, karena aku berhasil mendapatkan primadona yang selama ini diidam-idamkan oleh para cowok. Kemana-mana kami pun selalu berdua (kecuali ke WC). Dan aku  selalu mengajak Juminten pergi ke mall. Dia minta HP aku beliin, dia minta kalung emas aku beliin, dia minta sepatu pun aku turuti.
Aku merasa bahagia bersamanya, sampai-sampai aku lupa dengan sohibku yang bernama Boy. Meskipun kata orang Boy itu kurang waras, jelek, blo’on, tapi dia sangat baik, mudah bergaul, care, mencontohkan hidup sederhana, dan aku  bangga menjadi temannya.
Suatu hari, ketika Boy sedang istirahat di kantin “Kajol Shop” tidak sengaja dia mendengar pembicaraan Juminten dengan teman-temannya.
“Hei Jum, loe kan cantik, kenapa sih loe mau jadian ama Ardi, emank nya nggak ada cowok keren lagi selain dia?”
“Hei ! Loe-loe semua dengerin ya, gue mau ama Ardi tuh cuma mau ama duit nya doank guys, secara dia kan anak orang kaya”.
“wah...Gile loe!”
Boy  yang mendengar percakapan itu langsung memberitahu aku. Dan ketika aku mendengarnya, emosiku langsung memuncak. Aku bergegas ingin melabrak Juminten, tapi Boy menghalangiku. Dia cuma membisiki telingaku, memberikan ide untuk membalas perlakuan Juminten.
            Keesokan harinya, aku menjemput Juminten di rumahnya, dalam perjalanan ke sekolah aku bersikap tak seperti biasanya, terlihat sedih seperti yang telah disarankan Boy kepadaku sebelumnya.
“Loe kenapa say, kok diem aja sih?”
“Gue lagi sedih, say”.
“Sedih kenapa say ?”.
“Gue sedih, perusahaan Bokap gue bangkrut, semua aset harus dijual untuk melunasi semua utang-utang perusahaan, termasuk mobil ini”.
“Apa ?!”
Aku masih berusaha untuk bersikap sedih dan Juminten pun yang tadinya cerewet tiba-tiba diam.
            Setelah sampai di sekolah, sikap Juminten berubah kepadaku. Dia yang biasanya berduaan denganku, tiba-tiba lebih memilih berkumpul bersama teman-temannya. Saat jam istirahat, aku putuskan untuk nyamperin Juminten di kantin. Ketika aku meminta penjelasan, mengapa dia cuek sama aku, dia pun langsung marah dan aku juga terpancing emosi (kami berdua saling bertengkar dan semua orang di kantin melihatnya). Aku yang kesal, langsung meminta Juminten untuk mencopot sepatu yang aku belikan beserta kalung yang dikenakannya, dan tidak lupa aku mengambil HP di saku bajunya. Aku tak tahu, apakah aku menyenggol barang miliknya atau tidak. Dan sebelum aku meninggalkan kantin, aku sempat berkata,
“Cewek matre? No,thanks”.
(Aku bergegas meninggalkan kantin).

JJJ
 
Tema   : Percintaan
Tokoh  : 1. Ardi ( pemalas, pengertian, gegabah, mudah tergoda dengan wanita )
              2. Juminten ( matre, tidak tahu malu )
              3. Boy (cerdik, perhatian, baik hati)
              4. Teman-teman Juminten ( cerewet )
           
Latar    : 1. Tempat ( kantin, tempat parkir, kelas, lapangan basket )
              2. Suasana ( hujan, senang, marah )
              3. Waktu ( istirahat, pelajaran, pulang sekolah )
           
Amanat: 1. Jangan gegabah dan jangan mudah tergoda oleh sesuatu hal
               2. Jangan melihat seseorang dari fisik ataupun harta

Sinopsis:
            Juminten, siswi terkenal di sekolahnya. Banyak laki-laki yang tergoda dengan kemolekan dan kecantikannya, termasuk Ardi. Namun sikap Juminten baru terlihat setelah dia berpacaran dengan Ardi. Ardi tak tahu menahu bahwa yang sebenarnya dicari Juminten adalah hartanya. Boy, teman Ardi itulah yang membongkar semua kelicikan Juminten. Hingga akhirnya Ardi menunjukkan kepada teman-temannya bahwa Juminten adalah cewek matre. Itu semua Ardi perlihatkan dengan cara mengambil kembali barang yang pernah diminta Juminten darinya di hadapan teman-temannya.


Nama   : Fendy Ardian P
Kelas    : XII IPS 2
No        : 33

2 komentar:

  1. aku ga bisa komentar tentang ini-karna inilah yang ada dalam aku

    BalasHapus
  2. ini karya soulmate ku
    semua cuma rekayasa lhooooo :D

    BalasHapus